aat itu sore hari..
Ketika aku akan menutup jendela kamar kulihat da
seekor ulat bulu menempel di dinding kamar tepat di dekat jendela. Aku teringat
masa-masa kecilku dulu, ketika aku kira-kira masih SD dan SMP. Ketika itu
kebetulan rumahku dekat dengan semak-semak dan aku pun rupanya tergiur pula
bermain di semak-semak itu, namun pada akhirnya perbuatan itu merugikanku,
alhasil badanku gatal-gatal dan membengkak.
|
Yah…siapa lagi kalau bukan ulat bulu itu
penyebabnya. Penyakit alergiku terhadap hewan-hewan kecil yang memiliki
sengatan ini memang sering menimpaku terlebih lagi sengatan lebah. Sengatan 1
ekor lebah saja aku sudah repot di buatnya, seluruh tubuhku membengkak.
Ya….aku sangat-sangat
takut dgn mereka.
Lanjut ke cerita ulat bulu tadi ya…
Tanpa berpikir panjang langsung ku ambil kertas dan
ku buang ulat itu ke tong sampah, aku berharap dengan tindakanku seperti itu dia
akan mati terkena timpa’an-timpa’an sampah.
Ke esokan harinya ketika aku hendak memasak,
lagi-lagi aku terperanjat melihat seekor ulat bulu yang jaraknya tidak jauh
dari tong sampah tempatku membuang ulat bulu kemarin.
“Loh…kok masih hidup ?”
Segera ku cari korek api dan ku bakar sebatang lidi
untuk membakar bulu-bulu ulat itu agar bulu-bulunya tidak tercecer dimana-mana.
Nah..ternyata benar, yang ku lakukan adalah membakar hidup-hidup ulat bulu itu
sampai mati. Kejam memang, rasa berdosa pun menghampiri. Namun rasa berdosa itu
terkalahkan oleh rasa ketakutanku akan terkena bulu-bulu ulat itu, ampun-ampun
di buatnya. Seluruh tubuhku bisa menjadi panas dan gatal-gatal, belum lagi
kondisi setelah itu, tubuhku ikut membengkak dan memerah dari ujung rambut
hingga ujung kaki (sedikit lebay sepertinya, tapi itu fakta), mataku tak bisa
di buka sipit seperti orang jepang dan bibirku menjadi tebal (Dower = jawa)
seperti terendam minyak tanah.
Menyakitkan. Sangat menyedihkan. Tobat pokoknya.
Selang beberapa hari, gak disengaja aku membaca
tentang pengetahuan - pengetahuan islam, begini hadits nya :
“Sesungguhnya
Allah telah mewajibkan perbuatan baik atas segala sesuatu: maka bila engkau
membunuh, maka berlaku baiklah pada pembunuhanmu, dan bila engkau menyembelih,
maka berlaku baiklah pada penyembelihanmu, hendaknya salah seorang dari kamu
(ketika hendak menyembelih) menajamkan pisau sembelihannya, dan menenangkan
sembelihannya.” (HR. Muslim)
Para
ulama’ yang menjelaskan hadits ini menyatakan: bahwa hadits ini berlaku dalam
segala hal, segala pembunuhan, dan segala penyembelihan. Bila hendak membunuh
suatu binatang misalnya,maka bunuhlah dengan cara-cara yang baik, BUKAN DENGAN CARA DIBAKAR HIDUP-HIDUP,
ATAU DICINCANG HIDUP-HIDUP, ATAU YANG SERUPA.
Akan
tetapi bunuhlah dengan cara-cara yang paling cepat mematikan.
Dan
ketika menyembelih, hendaknya pisau sembelihannya ditajamkan terlebih dahulu,
dan penajaman pisaunya hendaknya tidak dilakukan dihadapan binatang sembelihan,
dan hendaknya binatang tersebut tidak diseret dengan kasar menuju tempat
penyembelihan, dan hendaknya tidak menyembelih binatang dihadapan binatang lain
yang hendak disembelih pula, dan hendaknya tidak dikuliti dan dipotong-potong,
hingga benar-benar telah mati dst. Demikianlah syari’at Al Qur’an mengajarkan
umatnya untuk berbuat baik sampai pun ketika membunuh dan menyembelih.
Oh..tuhan
…jelas sudah….apa yang ku lakukan kemarin adalah salah, tak akan ku ulangi lagi
dan aku sangat menyesalinya, lain kali ku buang jauh-jauh saja ulat itu.
sungguh sangat bermamfaat.
BalasHapus